Kamis, 13 Januari 2011

Puluhan Kiai Pindah ke PPP karena Putus Asa, Kiai Ponorogo Juga Loncat



PONOROGO - Deklarator Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) Kiai Haji Anwar Iskandar menjelaskan latar belakang hijrahnya puluhan ulama dan kiai sepuh Jawa Timur ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Menurut Kiai Anwar Iskandar, konflik di tubuh PKB serta melencengnya PKNU sebagai partai agama menjadi alasan utama deklarasi di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Sabtu kemarin.

Kepada Tempo, ulama yang akrab disapa Gus War ini mengatakan keputusan para ulama untuk bergabung kepada PPP ini merupakan bentuk keputusasaan atas konflik yang mendera PKB.
Meski telah mengupayakan jalan damai dan rekonsilisasi antara kubu Muhaimin dan Yenny Wahid, kedua politikus muda itu dianggap tak memiliki itikad baik untuk berubah. “Kami sudah berusaha mati-matian,” kata Gus War, Minggu (26/12).

Inisiatif tersebut, menurut Gus War, digulirkan pertama kali oleh KH Zainudin Jazuli, Mustaysar Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKB. Sebagai kiai sepuh yang turut mengawal lahirnya partai tersebut, Kiai Zainudin atau Gus Din merasa prihatin atas konflik berkepanjangan antara Muhaimin dan Yenny.

Diawali dari rapat yang digelar di kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, pembicaraan soal rekonsiliasi itu dilakukan. Selanjutnya Muhaimin dipanggil secara khusus oleh Gus Din di kediamannya di Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Kediri, sebelum menggelar pertemuan serupa di Krapyak. “Sampai titik itu Muhaimin masih menolak mentah-mentah rekonsiliasi yang kami tawarkan,” ujar Gus War.

Meski menghormati kepengurusan Yenny Wahid, para ulama menyadari jika pemegang kunci legalitas adalah Muhaimin. Karena itu pendekatan yang dibangun lebih kepada Muhaimin tanpa bisa melangkah lebih jauh.

Di sisi lain, para kiai juga membutuhkan kendaraan politik untuk bisa mempengaruhi kebijakan parlemen. Sementara PKNU yang kelahirannya turut dibidani para kiai ini sudah dianggap melenceng dari tujuan semula. Partai tersebut bahkan dinilai tidak lagi representasi partai agama.

Kondisi ini, menurut Gus War sangat tidak menguntungkan bagi para kiai. Sebab mereka memiliki target dan agenda besar pada pemilu 2014 mendatang. Tanpa dukungan partai yang kuat, para ulama tidak akan bisa mempengaruhi kebijakan negara. “Kalau pakai PKNU, paling banter cuma bisa memperoleh 2,5 persen suara. Itu hanya cukup untuk membuat peraturan daerah di tingkat provinsi, bukan setingkat undang-undang,” papar Gus War.

Sebelumnya sekitar 30 ulama dan kiai menyatakan diri bergabung kepada PPP. Pernyataan tersebut disampaikan langsung dihadapan Suryadharma Ali di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Sabtu (25/12).

Para kiai yang bergabung antara lain KH Idris Marzuqi (Dewan syuro DPP PKNU), KH M. Anwar Manshur (PP Lirboyo), KH Imam Yahya Mahrus (PP Lirboyo), KH Huda Jazuli (PP Ploso, Kediri), KH Zainudin Jazuli (Mustasyar DPP PKB), KH Miftakhul Akhyar (Ro'is Syuriah PWNU Jatim), KH Mujib Imron (Anggota DPD RI 2004-2009), KH Kafabihi Mahrus (PP Lirboyo), KH Anwar Iskandar (PP Jamsaren, Kediri), KH Mas Subadar (KH RU Besuk Pasuruan), KH Zaini Sholeh (Sampang), KH Mas Mansur (PP Sidoresmo, Surabaya), KH Mutawakkil 'Alallah (Ketua PWNU Jatim), KH Nuruddin (PP Nurul Qodim, Probolinggo; dewan syuro DPW PKNU Jatim), KH Masbuchin Faqih (PP Suci Gresik), KH Abdulloh (PP Langitan, Tuban), KH Baidlowi (PP Berasan, Banyuwangi), KH Abd. Ghaffar (Pamekasan), KH Ardani (Blitar), KH Arsyad (Tulungagung), KH Irvan Yusuf (PP Tebuireng), KH Mas Fuad (PP Sidogiri, Pasuruan), KH Jiryan Hasbulloh (Joresan, Ponorogo), KH Hisyam Syafa'at (Blokagung, Banyuwangi), dan KH Nur Khozin (Malang).

Tidak ada komentar: