Selasa, 11 Januari 2011

BALE BATUR NGEBEL 'MERANA'

PONOROGO - Bangunan peninggalan sejarah, yang dikenal dengan sebutan Bale Batur, yang terletak di Desa/Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo tak tersentuh bantuan pemerintah.
Tak ada satu pun orang yang tahu kapan Bale Batur dibangun. Akan tetapi, setiap malam Jumat Legi banyak orang berdatangan, dan tak jarang berasal dari kalangan Pejabat Pemkab Ponorogo yang hendak ngalap berkah di sana.
Bale Batur berada di tengah-tengah Pasar Ngebel yang hanya berjarak 2 kilometer dari Telaga Ngebel yang ramai sebagai objek wisata. Konon Bale Batur ini erat kaitannya dengan kisah Telaga Ngebel. Karena itu bisa dilihat dari dua petilasan yang berhadapan di dalam pasar tersebut. Yakni petilasan Nyai Latung dan Bale Batur. Di petilasan Nyai Latung sekarang tumbuh pohon beringin raksasa.
Salah seorang warga setempat, Toiran (69) menjelaskan meski bangunan ini terabaikan, namun setiap malam Jumat Legi, warga selalu berdatangan ke Bale Batur dan petilasan Nyai Latung. Kedatangan mereka, banyak yang ingin memanjatkan doa agar yang diharapkan tercapai. Tampaknya sudah banyak yang terbukti karena yang berdatangan orang dari luar kota mulai dari orang susah, orang sakit, sampai dengan pejabat dan pengusaha.
“Kalau malam Jumat Legi tengah pasar ini seperti pasar malam, orang keluar masuk silih berganti. Melihat pelat nopol kendaraannya orang jauh semua dan tak jarang mobil pelat merah pejabat pemkab juga ada,” terangnya.
Juru kunci Bale Batur, Darno (60) mengaku, pada setiap malam Jumat Legi, dia harus melayani mengantar tamu ke petilasan hingga pagi. “Mereka orang jauh, seperti Kalimantan, Bandung, Jakarta, pokoknya komplet. Ada juga pejabat Ponorogo yang selalu hadir setiap malam Jumat legi. Yang penting di sini ini hanya berniat baik bukan niat kotor, Insya Allah dikabulkan apa yang diharapkan,” tandasnya.
Mengingat banyak yang berkunjung ke Bale Batur dan petilasan Nyai Lantung, Darno berharap, alangkah baiknya jika pemkab memerhatikan kedua tempat itu. Misalnya, dikembangkan menjadi obyek wisata yang bisa menyedot para pengunjung.
“Ya saya berharap petilasan seperti ini agar dilestarikan pemerintah, agar menjadi aset wisata ritual di Ngebel selain wisata panorama telaga,” tandasnya.
Situs Bale Batur, petilasan Nyai Lantung, dan Telaga Ngebel dihubungkan dengan cerita mitos tentang anak bajang yang sakti dan asal mulanya Telaga Ngebel.
Nyai Lantung adalah seorang janda yang suka membantu orang, terutama jika ada yang membutuhkan tenaga juru masak. Suatu ketika di desa itu diadakan pesta dengan masakan melimpah. Namun tak seorang pun yang menghiraukan ketika ada anak bajang kelaparan datang untuk minta sedikit makanan
Hanya Nyai Lantung yang merasa iba, kemudian memberinya sedikit makanan dari masakan yang dia masak. Setelah makan, anak bajang itu menasihati Nyai Lantung agar naik lesung, karena sebentar lagi akan ada banjir besar.
Setelah itu, bocah bajang menancapkan lidi di tanah, dan menantang kepada semua orang, siapa yang mampu menarik lidi itu. Ternyata tak seorang pun mampu mencabutnya. Ketika lidi dicabut, keluar lah air dari tanah bekas lidi menancap. Air itu menenggelamkan desa dan isinya, hingga menjadi Telaga Ngebel. Seluruh warga beserta semua isi desa musnah, hanya Nyai Lantung yang selamat.
Sesuai namanya, Bale Batur hanyalah sebuah balai dengan enam tiang penyangga dan tiga balok yang terpasang di atas tiang penyangga yang berukuran 20 x 20 setimeter itu. Warga sekitar menyakini, Bale Batur yang membuat teman (batur) dari Nyai Latung.
Namun ada satu versi cerita lagi, konon Bale Batur tempat berkumpulnya para wali yang mendukung Sultan Trenggana sewaktu berkuasa di Bon Dalem, Ngumbul, Kabupaten Madiun. Karena keburu Sultan Trenggana diangkat menjadi sultan di Demak, maka balai ini tak terurus, karena tidak digunakan lagi. (MUH NURCHOLIS)

Tidak ada komentar: